Pages

Selasa, 23 Oktober 2018

MEDIA AUDIO, VISUAL, dan AUDIO VISUAL


MEDIA AUDIO, VISUAL, dan AUDIO VISUAL
karakteristik, kelebihan, dan kekurangan dalam pembelajaran


1. Karakteristik media Audio, Visual, dan Audio Visual

Karakteristik media Audio :




Ø Hanya mengandalkan suara saja, jadi isi pesannya hanya dapat diterima melalui indera pendengaran saja
Ø Pesan atau informasi yang disampaikan melalui lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, atau sound effect
Ø Jika digunakan dalam pengajaran bahasa dan musik maka akan lebih efisien
Ø Pengadaan media ini relatif mudah jika dibandingkan dengan media audio visual
Ø Praktis penggunaannya, karena sifatnya yang mudah digunakan dan dapat diputar kembali secara berulang sesuai keinginan
Ø Terkadang dapat menciptakan suasan jenuh dan membosankan
Ø Contoh: radio, kaset, laboratorium bahasa, dll.


Karakteristik media Visual :




Ø Hanya mengandalkan indera penglihatan saja
Ø Dibagi menjadi beberapa bagian seperti gambar, karikatur, grafik, bagan, diagram, dan peta
Ø Media ini memiliki unsur warna, tekstur, bentuk dan garis sehingga memberikan kesan menarik dan menciptakan respon yang lebih pada siswa
Ø Media visual dibedakan menjadi dua jenis, yaitu media visual dua dimensi seperti foto pahlawan, poster, gambar, dll, dan media visual tiga dimensi seperti patung, boneka, diorama, dll.

Karakteristik media Audio visual :




Ø Media ini memiliki unsur gambar dan suara, sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik dari dua media diatas karena mencakup dua jenis media yaitu audio dan visual
Ø Paduan antara gambar dan suara dapat membentuk karakter yang sama dengan objek aslinya
Ø Contoh media audiovisual adalah televisi, video-VCD, sound slide, dan film.



2. Kelebihan media Audio, Visual, dan Audio Visual

Kelebihan media Audio :
Ø Harga relatif murah dan dapat didapat dimana saja
Ø Penggunaan media audio terbukti sangat tepat jika digunakan untuk mengajarkan musik, bahasa. Dan al Qur’an
Ø Sifatnya yang mudah dipindahkan sehingga lebih praktis
Ø Jika digunakan bersamaan dengan perekam radio, maka bisa diputar berulang-ulang
Ø Bisa mengembangkan daya imajinasi sisiwa seperti menggambar, menulis, dsb.
Kelebihan media Visual :
Ø Sifatnya konkrit, lebih realistik, dan murah harganya
Ø Media visual sifatnya lebih nyata, konkrit jika dibandingkan dengan media audio
Ø Biaya yang dikeluarkan cukup terjangka dan tidak perlu peralatan tambahan atau khusus dalam penyampaiannya
Ø Media visual dapat mengembangkan daya imajinasi anak
Ø Media visual mampu meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa
Ø Media visual mudah didapat, mudah dicari, mudah digunakan dan lebih realistis
Kelebihan media Audio visual :
Ø Penggunaan media audio visual lebih baik dari kedua media di atas dan cenderung tidak membosankan
Ø Penyampaian materi atau pesan atau informasi lebih mudah dipahami atau dimengerti oleh siswa


3. Karakteristik media Audio, Visual, dan Audio Visual

Kekurangan media Audio :
Ø Media audio hanya menampilkan yang menampilkan simbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah abstrak sehingga dalam hal-hal tertentu membutuhkan bantuan visual
Ø Karena sifatnya abstrak, maka tingkatan penerimaannya dapat diterima sesuai tingkat penguasaan bahasa, kata atau susunan kalimat
Ø Media audio hanya mampu disampaikan dengan baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak
Ø Penyajian materi oleh media audio bisa menimbulkan verbalisme pendengar itu sendiri
Ø Sifat komunikasinya hanya satu arah saja, sehingga sulit bagi pendengar untuk mendiskusikan hal-hal yang sulit dipahami
Ø Dapat menciptakan susasana jenuh dan membosankan


Kekurangan media Visual :
Ø Karena tidak adanya suara atau audio, media visual hanya bisa berbentuk tulisan atau gambar, sehingga pesan yang disampaikan bisa jadi kurang mendetail
Ø Media ini hanya dapat memberi visual berupa gambar saja
Ø Terkadang, media visual lambat dan kurang praktis
Ø Butuh keterampilan guru dalam pemanfaatan media ini
Ø Media visual seperti gambar dan foto hanya dapat ditangkap melalui persepsi indera saja, dan ukurannya sangat terbatas jika digunakan untuk kelompok besar
Kekurangan media Audio visual :
Ø Biaya pengadaan media ini relatif mahal
Ø Jika guru tidak mampu atau kurang bisa aktif maka siswa akan hanya menikmati visualisasi dan suaranya saja
Ø Penggunaan media audio visual memerlukan waktu yang lumayan lama
Ø Umumnya, media visual ntidak dapat digunakan di mana saja dan kapan saja, karena media ini kebanyakan harus tetap ditempat


Referensi:
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grofindo Persada
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung : PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera
Rusydiyah, Evi Fatimatur. 2014. Media Pembelajaran (Implementasi Untuk Anak di Madrasah Ibtidaiyah). Surabaya : UIN Sunan Ampel Press
Sanaky, Hujair AH. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta : KAUKABA DIPANTARA

Pendekatan Sistem Dalam Perencanaan Pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
a.      Defini Perencanaan
Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya berbeda-beda. Secara definisi, perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Definisi yang pertama, Cunningham mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asusmsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Intinya, perencanaan di sini menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.[1] Definisi yang kedua, mengemukakan bahwa perencanaan merupakan hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang berhubungan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, proritas, program, dan alokasi sumber. Bagaimana seharusnya akan mengacu pada masa yang akan datang. Intinya, perencanaan di sini menekankan pada usaha megisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Definisi di atas memperlihatkan rumusan tekanan yang berbeda. Yang satu mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Sementara yang lain menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan dimasa mendatang.
Beberapa definisi perencanaa antara lain:
1.      Proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan guna mencapai tujuan tertentu
2.      Suatu keseluruhan proses pemikiran secara matang yang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan dimasa datang guna mencapai tujuan yang telah ditentukan
3.      Proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang guna mencapai tujuan yang diinginkan.
4.      Banyak sekali definisi perencanaan yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi kembali lagi pada dasarnya perencanaan memiliki kata kunci ‘penentuan aktivitas yang akan dilakukan’. Kata kunci ini mengindikasikan bahwa perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan masa yang akan datang.
b.      Perencanaan Pembelajaran
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian tersebut, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sebagai berikut:
a.       Perencanaan pengajaran sebagai tekhnologi
Yaitu suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
b.      Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem
Yaitu sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
c.       Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin
Yaitu cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d.      Perencanaan pengajaran sebagai sains (science)
Yaitu mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.
e.       Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses
Yaitu pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus atas daar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
f.       Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas
Yaitu ide pengajaran dikembangankan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik. Perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)      Memahai kurikulum.
2)      Menguasai bahan ajar.
3)      Menyusun program pengajaran.
4)      Melaksanakan program pengajaran.
5)      Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Kurikulum yang berbasis kompetensi menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan semua peserta didik untuk menguasai kopetensi yang diharapkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, bermuatan nilai, etika, estetika, logikadan kinestetika, konstektual, efektif dan efisien bermakna, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam.Dalam hal ini kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak.[2]
a)      Pengembangan sistem intruksional yakni suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan.
b)      Sistem intruksional yakni semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktik yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang nyata.
c)      Desain intruksional yaitu keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
d)     Desain sistem intruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional.
e)      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya.

Persiapan dalam perencanaan pembelajaran harus memenuhi unsur- unsur yang mengacu pada silabus yang ada sebagai berikut:
1.      Berdasarkan kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar, yang telah dikembangkan di dalam silabus.
2.      Digunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari (pendekatan konstektual).
3.      Digunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung.
4.      Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem-sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.[3]
Dalam penyusunan rencana pembelajaran perlu memerhatikan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan kedalaman cakupan kemampuan dasar, dapat digunakan jaringan topik/tema/konsep.Kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah divadilasikan serta di tes sejauhmana kontribusinya terhadap keberhasilan dan efektivitas belajar mengajar. Hasil penelitian sering kali ikut membantu dalam mengidentifikasi kometensi, kita dapat menggunakan beberapa model pendekatan sebagai berikut:
a.       Pendekatan Analisis Tugas (task analysis) untuk menentukan daftar kompetensi. Berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru di sekolah/madrasah sebagai tenaga profesional, yang pada gilirannya ditentukan kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan, sehingga dapat pula diketahui apakah seorang siswa telah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dituntut kepadanya. Kompetensi dasar berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.
b.      Pendekatan The Needs of School Learnes (memusatkan perhatian pada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah). Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah bertitik tolak dari ambisi, nilai-nilai dan pandangan para siswa. Hal inimenjadi landasan dalam mengidentifikasi kompetensi. Jadi pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan yang erat antara guru dan hasil yang diinginkan siswa.
c.       Pendekatan berdasarkan asumsi kebutuhan masyarakat. Pendekatanini berdasarkan asumsi, bahwa pengetahuan tentang masyarakat yang nyata dan penting itu dapat diterjemahkan menjadi program pembelajaran. Kelemahan pendekatan ini ialah bahwa sangat sulit menemukan kebutuhan masyarakat yang tepat, tetap, serta lengkap, sehingga begitu program dilaksanakan pada waktu itu mungkin kebutuhan masyarakat telah berubah.[4]
Penerapan kegiatan perencanaan dalam kegiatan pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menentukan berbagai kegiatan yang akan dilakukan dalam kaitan dengan upaya untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran lebih memusatkan perhatian pada ‘bagaimana membelajarkan siswa’, bukan pada ‘apa yang dipelajari siswa’.[5] Dalam konteks pendidikan berbasis kompetensi misalnya, maka tujuan yang ingin dicapai adalah kompetensi yang harus dimiliki siswa, sehingga perencanaan pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam kaitan dengan upaya mencapai kompetensi yang diharapkan.
Dalam proses membuat perencanaan pembelajaran, hal yang harus ditentukan terlebih dahulu ialah kompetensi apa yang akan dicapai. Kompetensi merupakan tujuah atau arah yang akan dituju. Setelah menentukan kompetensi, maka pertanyaan yang sering muncul adalah : bagaimana menuju arah tersebut, bagaimana kompetensi tersebut dapat dicapai, kebutuhan apa yang diperlukan untuk melaksanakan proses tersebut, atau berapa anggaran yang diperlukan, atau juga sampai berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Dalam menentukan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa, hal ini tidak hanya didasarkan pada kemauan guru atau kepala sekolah/madrasah, tetapi juga harus mempertimbangkan berbagai kebutuhan. Sebaiknya, sebelum memilih/menentukan arah yang dituju, maka pengambil kebijakan tentang perencanaan harus memiliki berbagai informasi dalam menentukanmemilih kompetensi yang akan dihasilkan dari proses pembelajaran yang akan dilakukan. Pencarian informasi ini dapat dilakukan melalui proses pengukuran/penilaian baik pada faktor internal dan faktor eksternal.

c.       Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Proses pembelajaran di sekolah/madrasah merupakan upaya sekolah/madrasah dalam mencapai kompetensi siswa. Tindakan yang sengaja kita adakan/lakukan harus memiliki kejelasan arah yang akan dituju, SDM yang diperlukan, sumber daya yang dibutuhkan, proses yang harus dikerjakan, dan tingkat keberhasilan yang diharapkan. Terdapat beberapa fungsi utama dalam perencanaan pembelajaran. Pertama, menentukan kompetensi yang akan dihasilkan dari proses pembelajaran yang dilakukan. Penentuan kompetensi ini merupakan hal yang paling penting dalam keberhasilan proses perencanaan.
Kedua, pemilihan kompetensi yang terlalu tinggi, yang mana sekolah/madrasah tidak dapat memenuhi kebutuhan SDM dan sumber daya lainnya maka akan menyebabkan kompetensi tersebut tidak dapat dicapai. Pemilihan kompetensi yang tidak memperhatikan prioritas akan membutuhkan tenaga yang besar dan akan berakibat pada pemborosan, bahkan bisa terjadi ke‘mandeg’an sehingga tidak dapat dilakukan pengembangan secara berkelanjutan.[6]

d.      Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Dari berbagai fungsi dan definisi yang telah dibahas di atas, dapat diketahui beberapa manfaat dari perencanaan pembelajaran yang meliputi; Pertama, memberikan kejelasan dalam pencapaian kompetensi peserta didik, dan prasyarat yang diperlukan oleh peserta didik untuk dapat mengikuti pembelajaran di sekolah/madrasah tersebut. Kedua, meningkatkan efisiensi dalam proses pelaksanaan. Adanya perencanaan akan lebih memberikan gambaran tentang kebutuhan sumber daya yang diperlukan dalam mencapai kompetensi. Baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. Ketiga, melaksanakan proses pengembangan berkelanjutan. Adanya perencanaan dapat menentukan proses yang diperlukan pada jangka waktu tertentu. Dengan memperhatikan prioritas-prioritas yang harus dicapai, maka perencanaan saat ini merupakan dasar perencanaan berikutnya, perenecanaan berikutnya merupakan dasar dari perencanaan selanjutnya, demikian seterusnya. Keempat, perencanaan dapat dilakukan untuk menarik stakeholder.[7] Seringkali stakeholder yang akan bekerjasama dengan sekolah/madrasah meminta sekolah/madrasah untuk menunjukkan berbagai hal yang akan dikerjakannya pada masa yang akan datang. Jika sekolah/madrasah memiliki perencanaan belajar yang jelas, maka sekolah/madrasah akan dengan mudah dapat menunjukkan dan meyakinkan apa yang akan dicapai lulusannya setelah mengikuti proses belajar di sekolah/madrasah tersebut.

e.       Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana telah disebutkan di atas dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan dalam proses pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:[8]
a.)    Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran
b.)    Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system
c.)    Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar
d.)   Untuk merencakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
e.)    Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dalam pembelajaran
f.)     Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar
g.)    Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
h.)    Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

f.       Prinsip-Prinsip Perencanaan Pembelajaran
Beberapa prinsip perencanaan pembelajaran meliputi: [9]
1.)    Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten
Dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran maka perencanaan tersebut harus dilakukan oleh orang yang tepat sesuai dengan keahlian dalam bidang tersebut. Jika dalam prose perencanaan tersebut memerlukan seorang ahli dalam bidang lain, misalnya media, maka harus ada kolaborasi antara ahli bidang studi dengan ahli media. Selain itu, orang yang akan melakukan perencanaan harus memahami bagaimana membuat perencanaan dengan baik.
2.)    Memiliki Visibilitas
Dalam melakukan perencanaan harus diperhitungkan bagaimana perencanaan tersebut dilaksanakan. Proses yang akan dilalui untuk mencapai kompetensi yang telah direncanakan harus diperhitungakan terlebih dahulu. Termasuk kemampuan menyediakan sumber daya juga harus diperhitungkan.
3.)    Beracuan pada masa yang akan datang
Perencanaan yang dibuat adalah apa yang yang akan diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun waktu yang akan datang. Intinya, apa yang akan dicapai dalam perencanaan tersebut adalah sesuatu yang akan dicapai dalam kurun waktu yang akan datang.
4.)    Berpijak pada fakta
Perencanaan yang dibuat harus memperhitungkan berbagai realitas dan kondisi yang ada di sekolah/madrasah. Utamanya berkaitan dengan kemampuan siswa sebagai stakeholder dan kemampuan sekolah /madrasah menyediana sumber daya.

g.      Kritik terhadap Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan profesional yang harus dilakukan guru, dan tentunya memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan prestasi belajar siswa, namun terdapat beberapa kritik yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Beberapa kritik tersebut antara lain:
a)      Perencanaan akan membuat sesuatu menjadi detail dan kaku. Perencanaan pembelajaran akan ‘mengunci’ sekolah pada tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) tertentu, sehingga sekolah akan terfokus pada tujuan pembelajaran itu saja.
b)      Rencana tidak dapat dikembangkan dalam lingkungan yang dinamis. Saat ini perkembangan berjalan begitu cepat. Perubahan pada bidang IPTEK mempengaruhi kehidupan kehidupan manusia, termasuk juga kebijakan-kebijakan dalm dunia pendidikan. Jika perencanaan pembelajaran menggunakan asumsi yang salah maka perencanaan yang dibuat tidak ada gunanya.
c)      Perencanaan tidak akan dapat menggantikan intuisi dan keatifitas. Perencanaan yang baik seringkali masih kalah dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang memiliki intuisi dan kreativitas yang tinggi.

B.     PENDEKATAN SISTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
a.      Pendekatan Sistem
Istilah sistem adalah sutu konsep yang abstrak. Definisi tradisional mengatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Rumusan itu sangat sulit dipahami. Dalam artian yang luas, suatu sistem muncul karena seseorang telah mendefinisikannya demikian. Kesimpulan umum tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. Misalnya sepeda adalah suatu sistem yang komponen-komponen seperti roda, pedal, kemudi, dan sebagainya. Akan tetapi dalam artian yang luas, sepeda sebenarnya adalah suatu subsistem/komponen dalam transport, disamping alat transport lainnya , seperti truk, motor, angkutan kota, dan sebagainya. Jadi, suatu sistem dapat menjadi suatu sistem yang lebih komplek. Itu berarti, adanya suatu sistem karena kita mempertimbangkanny sebagai sistem.[10] Istilah sistem meliputi konsep yang sangat luas. Misalnya, seorang manusia, organisasi, susunan tata surya, itu semua merupakan suatu sistem dan masih banyak lagi. pengertian sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional.[11] Pembelajaran berkenaan dengan kegiatan bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Kegiatan pembelajaran ini merupakan kegiatan yang disadari dan tentunya direncanakan. Suatu kegiatan yang direncanakan menyangkut tiga hal, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.[12]  Perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan juga pengajaran.
Sistem bukanlah “cara” atau “metode”  seperti yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah bagian kecil dari suatu sistem. Istilah sistem meliputi spektrum yang sangat luas. Misalnya manusia, binatang, alam semesta, mobil, motor, lembaga tertentu adalah sebagai suatu sistem. Mengapa semua itu dikatakan sebagai suatu sistem? Karena contoh-contoh di atas memiliki komponen-komponen tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu pula. Misalnya manusia. Manusia sebagai suatu sistem, karena manusia memiliki komponen-komponen tertentu yang saling berkaitan. Dalam tubuh manusia, ada komponen mata, hidung, mulut, tangan kaki, dn lain sebagainya. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang pasti. Hidung berfungsi untuk mencium, telinga berfungsi untuk mendengar, mata berfungsi untuk melihat, dan lain sebagainya. Setip komponen dalam tubuh manusia itu berhubungan satu sama lain. Manakala hidung kita sakit, maka bukan hanya hidung yang terasa nyeri akan tetapi seluruh tubuh akan merasakan sakit.
Jadi kalau demikian, apa yang dimaksud dengan sistem itu? Sistem diartikan sebagi satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari konsep tersebut ada tiga ciri utama suatu sistem.
1)      Suatu sistem memiliki tujuan tertentu
Adakah suatu sistem tanpa tujuan? Tentu tidk. Setiap sistem pasti memiliki tujuan. Tujuan manusia sebagai organisme adalah agar4 dapat melaksanakan tugas kehidupannya. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai tujuan pendidikannya. Jadi dengan demikian, setiap sistem memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang menggerakkan sistem.
2)      Setiap sistem memiliki fungsi
Untuk mencapai suatu tujuan, setiap sistem memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar manusia dapat melaksanakan tugas kehidupannya, mesti tubuh manusia memerlukan fungsi pernfsn, pencernan, pengelihatan, fungsi peredaran darah, fungsi pendengaran, dan lain sebagainya. Agar proses pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan, dan lain sebgainya. Fungsi inilah yang terus menerus berproses hingga mencapai tujuan.
3)      Setiap sistem memiliki komponen
Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, setiap sistem mesti memiliki komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Komponen-komponen inilah yang dapat menentukan kelancaran proses suatu sistem. Agar fungsi perencanaan dapat berjalan dengan baik dibutuhkan komponen silabus dan RPP, agar fungsi administrasi dapat menunjang keberhasilan sistem pendidikan diperlukan komponen administrasi kelas, administrasi siswa, administrasi guru, dan lain sebagainya. Agar kurikulum berfungsi sebagaimana alat pendidikan diperlukan komponen tujuan, isi/materi pelajaran, strategi pembelajaran serta komponen evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat. Manakala salah satu komponen tidak berfungsi, maka akan mempengaruhi sistem tersebut.
Keberadaan komponen beserta fungsinya, memiliki kedudukan sangat penting. Dapat dipastikan, tidak mungkin ada sistem tanpa adanya komponen.[13]
Arti dari pendekatan sendiri yaitu cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan, dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas. Sedngkan prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc lebih praktis dalam memahami pengertian “pendekatan”. Pendekatan dalh apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu. Yang pertama disebut dengan pendekatan dengan pengertian “tugas” dan yang kedua adalah pendekatan dalam pengertin “proses”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sistem berarti menentukan cara memproses sebuah obyek oleh subyek dengan sistem yang telah ditentukan pula. [14]

b.      Sistem Pengajaran
Pendidikan, latihan, pengajaran, dan teknologi pendidikan. Istilh-istilh tersebut masing-masing memiliki pengertian sendiri-sendiri, berbeda tetapi berhubungan erat. dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[15]
Ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relatif berlaku umum diantaranya adalah prinsip perkembangan, prinsip perbedaan individu, minat dan kebutuhan anak, aktivitas siswa, dan motivasi.[16]
Sebagai suatu sistem seluruh unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri saling saling ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan sistem pengajaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran. Selanjutnya, siapa yang diharapkan  dapat mencapai tujuan tersebut? Yang harus mencpai tujuan adalah siswa sebagai subjek belajar. Maka dengan demikian, tujuan utama sistem pengajaran adalah keberhasilan siswa mencapai tujuan.[17]

c.       Komponen Sistem Pengajaran
Perencanaan pengajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pengajaran mengarah  pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku. Sedangkan, desain pengajaran untuk membantu proses belajar siswa. Hal inilah yang membedakan keduanya. Perencanaan berorientasi pada kurikulum, sedangkan desain berorientasi pada proses pengajaran.
Namun demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pengajaran keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem. Kalau kita anggap perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem, maka didalamnya harus memiliki komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan pengajarn tercapai secara optimal. Komponen-komponen sistem pengajaran diantaranya adalah :
1.      Siswa
Proses pengajarn pada hakikatnya diarahkan untuk mengajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan pengajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat, bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.
2.      Tujuan
Dalam konteks pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi suatu lembaga itu sendiri.
3.      Kondisi
Kondisi adalah berbagi penglman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik maupun non fisik.
4.      Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapt digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.
5.      Hasil Belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. [18]

d.      Konsep Pendekatan Sistem dalam Pengajaran
Di dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar dan mengucapkan kata “sistem” .kurikulum TK smpai SLTU sesuai SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 08/U/1975 pun menggunakan pendekatan sistem yang dikenal dengan nama PPSI  (Prosedur Pengembngan Sistem Intruksional).
1.      Unsur-unsur suatu sistem :
a)      Input (masukan) misalnya : sumber, biaya, personal
b)      Output (keluaran) misalnya : hasil, produk, keuntungan.
2.      Sifat-sifat suatu sistem
a)      Terbuka vs tertutup
b)      Sederhana vs kompleks
c)      Hidup vs tak hidup
d)      Susunan vertikal (hierarchy)
Suatu perencanaan secara sistematis pada hakikatnya sama dengan proses pemecahan masalah secara umum.
Sesuai dengan model tersebut, langkah-langkah suatu perencanaan yang sistematis adalah sebagai berikut :
1.      Identifikasi masalah berdasarkan kebutuhan.
2.      Tentukan syarat-syarat dan alternatif pemecahannya.
3.      Pilih strategi pemecahannya
4.      Laksanakan strategi yng telah dipilih untuk mencapai hasil yang diinginkan
5.      Tentukn efektifitas hasilnya dengan jalan mengadakn evaluasi.
6.      Adakan revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses tersebut.
Meskipun banyak keuntungannya, planning tersebutpun mempunyai kelemahan, antara lain :
1.      Menghabiskan waktu, tenaga dan biaya
2.      Keadaan bisa berubah disaat proses sedang berjalan.[19]






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam proses membuat perencanaan pembelajaran, hal yang harus ditentukan terlebih dahulu ialah kompetensi apa yang akan dicapai. Proses pembelajaran di sekolah / madrasah merupakan upaya sekolah / madrasah dalam mencapai kompetensi siswa.


















DAFTAR PUSTAKA

Agung, Leo, Sri Wahyuni. Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakara: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hamzah,  Ali,  Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Prabowo, Sugeng Listya. dan Faridah Nurmaliyah. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Malang : UIN MALIKI PRESS.


[1] Hamzah B. Uno, Perencanaan pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), 1.
[2]Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005) hal 17-21
[3]Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013) hal 84-85
[4]Ibid, hal 96-97
[5]Ibid, hal 3
[6]Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah,Perencanaan Pembelajaran(Malang: UIN Maliki Press, 2010) hal 4
[7]Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah,Perencanaan Pembelajaran(Malang: UIN Maliki Press, 2010) hal 5
[8]Hamzah B. Uno, Perencanaan pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006) hal 3
[9]Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran (Malang: UIN Maliki Press, 2010) hal 6
[10]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdsarkan Pendekatan Sistem, ( Jakarta, bumi aksara, 2002) hal 1
[11]Hamzah B. Uno, Perencanaan pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006) hal 11
[12]R. Ibrahim, dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003) hal 50
[13]Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta, kencana prenada media group, 2008) hal 1-4
[14] http://ululazmi-zabaz.blogspot.com/2009/04/modul-perencanaan-sistem-pai-staim_2267.html
[15]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdsarkan Pendekatan Sistem, ( Jakarta, bumi aksara, 2002)        Hal  6-7
[16]R. Ibrahim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran (Jakarta, Rineka Cipta,1996) hal 24
[17]Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta, kencana prenada media group, 2008) hal 6
[18]Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta, kencana prenada media group, 2008) hal 9-13
[19]Harjanto, Perencanaan Pengajaran ( Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997) hal 44-50

Bimbingan Karir Peserta Didik SD/MI

BAB II PEMBAHASAN A.   Konsep Dasar Bimbingan Karier Peserta Didik di MI/SD        Kari e r sering dimaknai identik dengan kenaika...