BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
a.
Defini Perencanaan
Ada
beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya berbeda-beda. Secara
definisi, perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua
aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai
tujuan. Definisi yang pertama, Cunningham mengemukakan bahwa perencanaan ialah
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asusmsi untuk
masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang
diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas
yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Intinya,
perencanaan di sini menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu
dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.[1]
Definisi yang kedua, mengemukakan bahwa perencanaan merupakan hubungan antara
apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be)
yang berhubungan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, proritas, program, dan
alokasi sumber. Bagaimana seharusnya akan mengacu pada masa yang akan datang.
Intinya, perencanaan di sini menekankan pada usaha megisi kesenjangan antara
keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang sesuai dengan apa yang
dicita-citakan. Definisi di atas memperlihatkan rumusan tekanan yang berbeda.
Yang satu mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
Sementara yang lain menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan
keadaan dimasa mendatang.
Beberapa
definisi perencanaa antara lain:
1. Proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan
secara sistematis yang akan dilakukan guna mencapai tujuan tertentu
2. Suatu keseluruhan proses pemikiran
secara matang yang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan dimasa datang guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan
3. Proses pengambilan keputusan atas
sejumlah alternatif (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan
dilaksanakan dimasa yang akan datang guna mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Banyak sekali definisi perencanaan yang
dikemukakan oleh para ahli, tetapi kembali lagi pada dasarnya perencanaan
memiliki kata kunci ‘penentuan aktivitas yang akan dilakukan’. Kata kunci ini
mengindikasikan bahwa perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan masa yang
akan datang.
b.
Perencanaan Pembelajaran
Dalam
konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode
pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian
tersebut, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang sebagai berikut:
a. Perencanaan pengajaran sebagai
tekhnologi
Yaitu suatu
perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan
tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan
problem-problem pengajaran.
b. Perencanaan pengajaran sebagai suatu
sistem
Yaitu sebuah susunan
dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
c. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah
disiplin
Yaitu cabang dari
pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori
tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d. Perencanaan pengajaran sebagai sains
(science)
Yaitu mengkreasi secara
detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan
akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun
yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan
kompleksitasnya.
e. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah
proses
Yaitu pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus atas daar teori-teori
pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
f. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah
realitas
Yaitu ide pengajaran dikembangankan dengan
memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang
dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah
sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik. Perangkat yang harus
dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Memahai kurikulum.
2) Menguasai bahan ajar.
3) Menyusun program pengajaran.
4) Melaksanakan program pengajaran.
5) Menilai program pengajaran dan hasil
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Kurikulum
yang berbasis kompetensi menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan
semua peserta didik untuk menguasai kopetensi yang diharapkan dengan menerapkan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada
peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, bermuatan nilai, etika,
estetika, logikadan kinestetika, konstektual, efektif dan efisien bermakna, dan
menyediakan pengalaman belajar yang beragam.Dalam hal ini kegiatan pembelajaran
yang mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian,
kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup
peserta didik guna membentuk watak.[2]
a) Pengembangan sistem intruksional yakni
suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem
pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis
bisa dilaksanakan.
b) Sistem intruksional yakni semua materi
pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktik yang dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang nyata.
c) Desain intruksional yaitu keseluruhan
proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar
dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
d) Desain sistem intruksional ialah
pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta
alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional.
e) Pengembangan sistem intruksional adalah
suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang
menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan
di dalam tingkah lakunya.
Persiapan
dalam perencanaan pembelajaran harus memenuhi unsur- unsur yang mengacu pada
silabus yang ada sebagai berikut:
1. Berdasarkan kompetensi dan kemampuan
dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran,
pengalaman belajar, yang telah dikembangkan di dalam silabus.
2. Digunakan berbagai pendekatan yang
sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan
dan lingkungan sehari-hari (pendekatan konstektual).
3. Digunakan metode dan media yang sesuai,
yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung.
4. Penilaian dengan sistem pengujian
menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem-sistem pengujian yang
dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.[3]
Dalam
penyusunan rencana pembelajaran perlu memerhatikan kompetensi dasar yang akan
diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan kedalaman cakupan kemampuan dasar,
dapat digunakan jaringan topik/tema/konsep.Kompetensi-kompetensi harus
dijabarkan secara khusus dan telah divadilasikan serta di tes sejauhmana
kontribusinya terhadap keberhasilan dan efektivitas belajar mengajar. Hasil
penelitian sering kali ikut membantu dalam mengidentifikasi kometensi, kita
dapat menggunakan beberapa model pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan Analisis Tugas (task analysis) untuk menentukan daftar
kompetensi. Berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru di
sekolah/madrasah sebagai tenaga profesional, yang pada gilirannya ditentukan
kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan, sehingga dapat pula diketahui apakah
seorang siswa telah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dituntut
kepadanya. Kompetensi dasar berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator
mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.
b. Pendekatan The Needs of School Learnes (memusatkan perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah). Langkah pertama dalam pendekatan ini
adalah bertitik tolak dari ambisi, nilai-nilai dan pandangan para siswa. Hal
inimenjadi landasan dalam mengidentifikasi kompetensi. Jadi pendekatan ini
berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan yang erat antara guru dan hasil yang
diinginkan siswa.
c. Pendekatan berdasarkan asumsi kebutuhan
masyarakat. Pendekatanini berdasarkan asumsi, bahwa pengetahuan tentang
masyarakat yang nyata dan penting itu dapat diterjemahkan menjadi program
pembelajaran. Kelemahan pendekatan ini ialah bahwa sangat sulit menemukan
kebutuhan masyarakat yang tepat, tetap, serta lengkap, sehingga begitu program
dilaksanakan pada waktu itu mungkin kebutuhan masyarakat telah berubah.[4]
Penerapan
kegiatan perencanaan dalam kegiatan pembelajaran merupakan suatu upaya untuk
menentukan berbagai kegiatan yang akan dilakukan dalam kaitan dengan upaya
untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Dalam belajar, siswa
tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran
lebih memusatkan perhatian pada ‘bagaimana membelajarkan siswa’, bukan pada
‘apa yang dipelajari siswa’.[5]
Dalam konteks pendidikan berbasis kompetensi misalnya, maka tujuan yang ingin
dicapai adalah kompetensi yang harus dimiliki siswa, sehingga perencanaan
pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam kaitan dengan upaya mencapai kompetensi yang diharapkan.
Dalam
proses membuat perencanaan pembelajaran, hal yang harus ditentukan terlebih
dahulu ialah kompetensi apa yang akan dicapai. Kompetensi merupakan tujuah atau
arah yang akan dituju. Setelah menentukan kompetensi, maka pertanyaan yang
sering muncul adalah : bagaimana menuju arah tersebut, bagaimana kompetensi
tersebut dapat dicapai, kebutuhan apa yang diperlukan untuk melaksanakan proses
tersebut, atau berapa anggaran yang diperlukan, atau juga sampai berapa lama
waktu yang dibutuhkan.
Dalam
menentukan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa, hal ini tidak hanya
didasarkan pada kemauan guru atau kepala sekolah/madrasah, tetapi juga harus
mempertimbangkan berbagai kebutuhan. Sebaiknya, sebelum memilih/menentukan arah
yang dituju, maka pengambil kebijakan tentang perencanaan harus memiliki
berbagai informasi dalam menentukanmemilih kompetensi yang akan dihasilkan dari
proses pembelajaran yang akan dilakukan. Pencarian informasi ini dapat
dilakukan melalui proses pengukuran/penilaian baik pada faktor internal dan
faktor eksternal.
c.
Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Proses
pembelajaran di sekolah/madrasah merupakan upaya sekolah/madrasah dalam
mencapai kompetensi siswa. Tindakan yang sengaja kita adakan/lakukan harus
memiliki kejelasan arah yang akan dituju, SDM yang diperlukan, sumber daya yang
dibutuhkan, proses yang harus dikerjakan, dan tingkat keberhasilan yang
diharapkan. Terdapat beberapa fungsi utama dalam perencanaan pembelajaran. Pertama, menentukan kompetensi yang
akan dihasilkan dari proses pembelajaran yang dilakukan. Penentuan kompetensi
ini merupakan hal yang paling penting dalam keberhasilan proses perencanaan.
Kedua,
pemilihan kompetensi yang terlalu tinggi, yang mana sekolah/madrasah tidak
dapat memenuhi kebutuhan SDM dan sumber daya lainnya maka akan menyebabkan
kompetensi tersebut tidak dapat dicapai. Pemilihan kompetensi yang tidak
memperhatikan prioritas akan membutuhkan tenaga yang besar dan akan berakibat
pada pemborosan, bahkan bisa terjadi ke‘mandeg’an sehingga tidak dapat
dilakukan pengembangan secara berkelanjutan.[6]
d.
Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Dari
berbagai fungsi dan definisi yang telah dibahas di atas, dapat diketahui
beberapa manfaat dari perencanaan pembelajaran yang meliputi; Pertama, memberikan kejelasan dalam
pencapaian kompetensi peserta didik, dan prasyarat yang diperlukan oleh peserta
didik untuk dapat mengikuti pembelajaran di sekolah/madrasah tersebut. Kedua, meningkatkan efisiensi dalam
proses pelaksanaan. Adanya perencanaan akan lebih memberikan gambaran tentang
kebutuhan sumber daya yang diperlukan dalam mencapai kompetensi. Baik itu
sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. Ketiga, melaksanakan proses pengembangan berkelanjutan. Adanya
perencanaan dapat menentukan proses yang diperlukan pada jangka waktu tertentu.
Dengan memperhatikan prioritas-prioritas yang harus dicapai, maka perencanaan
saat ini merupakan dasar perencanaan berikutnya, perenecanaan berikutnya
merupakan dasar dari perencanaan selanjutnya, demikian seterusnya. Keempat, perencanaan dapat dilakukan
untuk menarik stakeholder.[7]
Seringkali stakeholder yang akan bekerjasama dengan sekolah/madrasah meminta
sekolah/madrasah untuk menunjukkan berbagai hal yang akan dikerjakannya pada
masa yang akan datang. Jika sekolah/madrasah memiliki perencanaan belajar yang
jelas, maka sekolah/madrasah akan dengan mudah dapat menunjukkan dan meyakinkan
apa yang akan dicapai lulusannya setelah mengikuti proses belajar di
sekolah/madrasah tersebut.
e.
Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya
perencanaan pembelajaran sebagaimana telah disebutkan di atas dimaksudkan agar
dapat dicapai perbaikan dalam proses pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran
ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:[8]
a.) Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya
desain pembelajaran
b.) Untuk merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan pendekatan system
c.) Perencanaan desain pembelajaran diacukan
pada bagaimana seseorang belajar
d.) Untuk merencakan suatu desain
pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
e.) Pembelajaran yang dilakukan akan
bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan
langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dalam pembelajaran
f.) Sasaran akhir dari perencanaan desain
pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar
g.) Perencanaan pembelajaran harus
melibatkan semua variabel pembelajaran
h.) Inti dari desain pembelajaran yang
dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
f.
Prinsip-Prinsip Perencanaan Pembelajaran
1.) Dilakukan oleh SDM yang tepat dan
kompeten
Dalam
melaksanakan perencanaan pembelajaran maka perencanaan tersebut harus dilakukan
oleh orang yang tepat sesuai dengan keahlian dalam bidang tersebut. Jika dalam
prose perencanaan tersebut memerlukan seorang ahli dalam bidang lain, misalnya
media, maka harus ada kolaborasi antara ahli bidang studi dengan ahli media.
Selain itu, orang yang akan melakukan perencanaan harus memahami bagaimana
membuat perencanaan dengan baik.
2.) Memiliki Visibilitas
Dalam melakukan
perencanaan harus diperhitungkan bagaimana perencanaan tersebut dilaksanakan.
Proses yang akan dilalui untuk mencapai kompetensi yang telah direncanakan
harus diperhitungakan terlebih dahulu. Termasuk kemampuan menyediakan sumber
daya juga harus diperhitungkan.
3.) Beracuan pada masa yang akan datang
Perencanaan yang dibuat adalah apa yang
yang akan diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun waktu yang akan datang.
Intinya, apa yang akan dicapai dalam perencanaan tersebut adalah sesuatu yang
akan dicapai dalam kurun waktu yang akan datang.
4.) Berpijak pada fakta
Perencanaan yang dibuat harus
memperhitungkan berbagai realitas dan kondisi yang ada di sekolah/madrasah.
Utamanya berkaitan dengan kemampuan siswa sebagai stakeholder dan kemampuan sekolah
/madrasah menyediana sumber daya.
g.
Kritik terhadap Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran merupakan kegiatan profesional yang harus dilakukan guru, dan
tentunya memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan prestasi belajar
siswa, namun terdapat beberapa kritik yang berkaitan dengan perencanaan
pembelajaran. Beberapa kritik tersebut antara lain:
a) Perencanaan
akan membuat sesuatu menjadi detail dan kaku.
Perencanaan pembelajaran akan ‘mengunci’ sekolah pada tujuan pembelajaran (kompetensi
dasar) tertentu, sehingga sekolah akan terfokus pada tujuan pembelajaran itu
saja.
b) Rencana
tidak dapat dikembangkan dalam lingkungan yang dinamis.
Saat ini perkembangan berjalan begitu cepat. Perubahan pada bidang IPTEK
mempengaruhi kehidupan kehidupan manusia, termasuk juga kebijakan-kebijakan
dalm dunia pendidikan. Jika perencanaan pembelajaran menggunakan asumsi yang
salah maka perencanaan yang dibuat tidak ada gunanya.
c) Perencanaan
tidak akan dapat menggantikan intuisi dan keatifitas.
Perencanaan yang baik seringkali masih kalah dengan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru yang memiliki intuisi dan kreativitas yang tinggi.
B.
PENDEKATAN SISTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
a.
Pendekatan Sistem
Istilah
sistem adalah sutu konsep yang abstrak. Definisi tradisional mengatakan bahwa
sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi
untuk mencapai tujuan. Rumusan itu sangat sulit dipahami. Dalam artian yang
luas, suatu sistem muncul karena seseorang telah mendefinisikannya demikian.
Kesimpulan umum tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. Misalnya sepeda
adalah suatu sistem yang komponen-komponen seperti roda, pedal, kemudi, dan
sebagainya. Akan tetapi dalam artian yang luas, sepeda sebenarnya adalah suatu
subsistem/komponen dalam transport, disamping alat transport lainnya , seperti
truk, motor, angkutan kota, dan sebagainya. Jadi, suatu sistem dapat menjadi
suatu sistem yang lebih komplek. Itu berarti, adanya suatu sistem karena kita
mempertimbangkanny sebagai sistem.[10] Istilah
sistem meliputi konsep yang sangat luas. Misalnya, seorang manusia, organisasi,
susunan tata surya, itu semua merupakan suatu sistem dan masih banyak lagi.
pengertian sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi
secara fungsional.[11]
Pembelajaran berkenaan dengan kegiatan bagaimana guru mengajar serta bagaimana
siswa belajar. Kegiatan pembelajaran ini merupakan kegiatan yang disadari dan
tentunya direncanakan. Suatu kegiatan yang direncanakan menyangkut tiga hal,
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.[12] Perencanaan program pengajaran harus sesuai
dengan konsep pendidikan dan juga pengajaran.
Sistem
bukanlah “cara” atau “metode” seperti
yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah bagian kecil dari suatu sistem.
Istilah sistem meliputi spektrum yang sangat luas. Misalnya manusia, binatang,
alam semesta, mobil, motor, lembaga tertentu adalah sebagai suatu sistem.
Mengapa semua itu dikatakan sebagai suatu sistem? Karena contoh-contoh di atas
memiliki komponen-komponen tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan
tertentu pula. Misalnya manusia. Manusia sebagai suatu sistem, karena manusia
memiliki komponen-komponen tertentu yang saling berkaitan. Dalam tubuh manusia,
ada komponen mata, hidung, mulut, tangan kaki, dn lain sebagainya. Setiap
komponen tersebut memiliki fungsi yang pasti. Hidung berfungsi untuk mencium,
telinga berfungsi untuk mendengar, mata berfungsi untuk melihat, dan lain
sebagainya. Setip komponen dalam tubuh manusia itu berhubungan satu sama lain.
Manakala hidung kita sakit, maka bukan hanya hidung yang terasa nyeri akan
tetapi seluruh tubuh akan merasakan sakit.
Jadi
kalau demikian, apa yang dimaksud dengan sistem itu? Sistem diartikan sebagi
satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dari konsep tersebut ada tiga ciri utama suatu sistem.
1) Suatu sistem memiliki tujuan tertentu
Adakah suatu
sistem tanpa tujuan? Tentu tidk. Setiap sistem pasti memiliki tujuan. Tujuan
manusia sebagai organisme adalah agar4 dapat melaksanakan tugas kehidupannya.
Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah agar dapat melayani setiap anak
didik untuk mencapai tujuan pendidikannya. Jadi dengan demikian, setiap sistem
memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang menggerakkan sistem.
2) Setiap sistem memiliki fungsi
Untuk mencapai
suatu tujuan, setiap sistem memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar manusia
dapat melaksanakan tugas kehidupannya, mesti tubuh manusia memerlukan fungsi
pernfsn, pencernan, pengelihatan, fungsi peredaran darah, fungsi pendengaran,
dan lain sebagainya. Agar proses pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan
secara optimal diperlukan fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi
kurikulum, fungsi bimbingan, dan lain sebgainya. Fungsi inilah yang terus
menerus berproses hingga mencapai tujuan.
3) Setiap sistem memiliki komponen
Untuk melaksanakan
fungsi-fungsinya, setiap sistem mesti memiliki komponen-komponen yang satu sama
lain saling berhubungan. Komponen-komponen inilah yang dapat menentukan
kelancaran proses suatu sistem. Agar fungsi perencanaan dapat berjalan dengan
baik dibutuhkan komponen silabus dan RPP, agar fungsi administrasi dapat
menunjang keberhasilan sistem pendidikan diperlukan komponen administrasi
kelas, administrasi siswa, administrasi guru, dan lain sebagainya. Agar
kurikulum berfungsi sebagaimana alat pendidikan diperlukan komponen tujuan,
isi/materi pelajaran, strategi pembelajaran serta komponen evaluasi
pembelajaran. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus dapat melaksanakan
fungsinya dengan tepat. Manakala salah satu komponen tidak berfungsi, maka akan
mempengaruhi sistem tersebut.
Keberadaan
komponen beserta fungsinya, memiliki kedudukan sangat penting. Dapat
dipastikan, tidak mungkin ada sistem tanpa adanya komponen.[13]
Arti
dari pendekatan sendiri yaitu cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan,
dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas. Sedngkan prof. Dr.
Oteng Sutisna, M.Sc lebih praktis dalam memahami pengertian “pendekatan”.
Pendekatan dalh apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan
sesuatu. Yang pertama disebut dengan pendekatan dengan pengertian “tugas” dan
yang kedua adalah pendekatan dalam pengertin “proses”.
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sistem berarti menentukan
cara memproses sebuah obyek oleh subyek dengan sistem yang telah ditentukan
pula. [14]
b.
Sistem Pengajaran
Pendidikan,
latihan, pengajaran, dan teknologi pendidikan. Istilh-istilh tersebut
masing-masing memiliki pengertian sendiri-sendiri, berbeda tetapi berhubungan
erat. dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah yang utama dan setiap proses
pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[15]
Ada
beberapa prinsip pengajaran yang secara relatif berlaku umum diantaranya adalah
prinsip perkembangan, prinsip perbedaan individu, minat dan kebutuhan anak,
aktivitas siswa, dan motivasi.[16]
Sebagai
suatu sistem seluruh unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri saling
saling ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan
sistem pengajaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran.
Selanjutnya, siapa yang diharapkan dapat
mencapai tujuan tersebut? Yang harus mencpai tujuan adalah siswa sebagai subjek
belajar. Maka dengan demikian, tujuan utama sistem pengajaran adalah
keberhasilan siswa mencapai tujuan.[17]
c.
Komponen Sistem Pengajaran
Perencanaan
pengajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional
tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang
harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan
segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pengajaran
mengarah pada proses penerjemahan
kurikulum yang berlaku. Sedangkan, desain pengajaran untuk membantu proses
belajar siswa. Hal inilah yang membedakan keduanya. Perencanaan berorientasi
pada kurikulum, sedangkan desain berorientasi pada proses pengajaran.
Namun
demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pengajaran
keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem. Kalau kita anggap perencanaan
pengajaran sebagai suatu sistem, maka didalamnya harus memiliki
komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan
pengajarn tercapai secara optimal. Komponen-komponen sistem pengajaran
diantaranya adalah :
1. Siswa
Proses pengajarn
pada hakikatnya diarahkan untuk mengajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan
pengajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai
dengan kemampuan dasar, minat, bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa
itu sendiri.
2. Tujuan
Dalam konteks
pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi suatu
lembaga itu sendiri.
3. Kondisi
Kondisi adalah
berbagi penglman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus
seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa
aktif belajar baik secara fisik maupun non fisik.
4. Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar
berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat
belajar, bahan dan alat yang dapt digunakan, personal seperti guru, petugas
perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung
maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar
berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan
khusus yang direncanakan. [18]
d.
Konsep Pendekatan Sistem dalam Pengajaran
Di
dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar dan mengucapkan kata “sistem”
.kurikulum TK smpai SLTU sesuai SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
08/U/1975 pun menggunakan pendekatan sistem yang dikenal dengan nama PPSI (Prosedur Pengembngan Sistem Intruksional).
1. Unsur-unsur suatu sistem :
a) Input (masukan) misalnya : sumber,
biaya, personal
b) Output (keluaran) misalnya : hasil,
produk, keuntungan.
2. Sifat-sifat suatu sistem
a) Terbuka vs tertutup
b) Sederhana vs kompleks
c) Hidup vs tak hidup
d) Susunan vertikal (hierarchy)
Suatu perencanaan
secara sistematis pada hakikatnya sama dengan proses pemecahan masalah secara
umum.
Sesuai
dengan model tersebut, langkah-langkah suatu perencanaan yang sistematis adalah
sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah berdasarkan
kebutuhan.
2. Tentukan syarat-syarat dan alternatif
pemecahannya.
3. Pilih strategi pemecahannya
4. Laksanakan strategi yng telah dipilih
untuk mencapai hasil yang diinginkan
5. Tentukn efektifitas hasilnya dengan
jalan mengadakn evaluasi.
6. Adakan revisi bila perlu pada setiap
langkah dari proses tersebut.
Meskipun
banyak keuntungannya, planning tersebutpun mempunyai kelemahan, antara lain :
1. Menghabiskan waktu, tenaga dan biaya
2. Keadaan bisa berubah disaat proses
sedang berjalan.[19]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat
diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam
suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dalam
proses membuat perencanaan pembelajaran, hal yang harus ditentukan terlebih
dahulu ialah kompetensi apa yang akan dicapai. Proses pembelajaran di
sekolah / madrasah merupakan
upaya sekolah / madrasah dalam mencapai
kompetensi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo, Sri
Wahyuni. Perencanaan Pembelajaran
Sejarah. Yogyakara: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI).
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik
Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hamzah, Ali,
Muhlisrarini. Perencanaan dan
Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Ibrahim, R. dan
Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Majid, Abdul.
2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nurochim.
2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Uno, Hamzah B.
2006. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Prabowo, Sugeng
Listya. dan Faridah Nurmaliyah. 2010. Perencanaan
Pembelajaran. Malang : UIN MALIKI PRESS.
http://ululazmi-zabaz.blogspot.com/2009/04/modul-perencanaan-sistem-pai-staim_2267.html
senin, 17 september 2017. Pukul : 22.05
[2]Abdul Majid, Perencanaan
Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005) hal 17-21
[3]Nurochim, Perencanaan
Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013) hal
84-85
[4]Ibid, hal 96-97
[6]Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah,Perencanaan
Pembelajaran(Malang: UIN Maliki Press, 2010) hal 4
[7]Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah,Perencanaan
Pembelajaran(Malang: UIN Maliki Press, 2010) hal 5
[9]Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan
Pembelajaran (Malang: UIN Maliki Press, 2010) hal 6
[10]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdsarkan Pendekatan
Sistem, ( Jakarta, bumi aksara, 2002) hal 1
[12]R. Ibrahim, dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2003) hal 50
[13]Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta,
kencana prenada media group, 2008) hal 1-4
[15]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdsarkan Pendekatan
Sistem, ( Jakarta, bumi aksara, 2002)
Hal 6-7
[16]R. Ibrahim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran (Jakarta,
Rineka Cipta,1996) hal 24
[17]Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta,
kencana prenada media group, 2008) hal 6
[18]Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta,
kencana prenada media group, 2008) hal 9-13
[19]Harjanto, Perencanaan Pengajaran ( Jakarta, PT. Rineka
Cipta, 1997) hal 44-50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar