Pages

Selasa, 23 Oktober 2018

PEMBANGUNAN NASIONAL


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PEMBANGUNAN NASIONAL
     Pembangunan hampir merupakan sinonim dengan peningkatan.[1] Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan terus menerus untuk memperbaiki segala bidang kehidupan masyarakat hingga mencapai tingkat kehidupan yang didambakan. Dengan pembangunan, masyarakat diharapkan mampu dan bisa mengelolah alam guna mencapai kesejahteraannya. Pembangunan tidak selalu berupa pembangunan fisik, tetapi, pembangunan potensial dan kepribadian juga tidak kalah penting. Pembangunan yang dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan akan menghasilkan sesuatu yang lebih serasi dan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem alam serta sosial.
     Menurut Michael P. Todaro, “pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses multi dimensi yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap popular dan lembaga rasional percepatan pertumbuhan ekonomi, pemngurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut.”[2]
     Pembangunan Nasional adalah serangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan, dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa serta negara dengan maksud untuk mewujudkan tujuan nasional yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa serta seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut dalam melaksankan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
      Pembangunan Nasional dilakukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pelaksanaan Pembangunan Nasional mencakup segala aspek bidang kehidupan bangsa, yaitu aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, pertahanan kemanan dan lain-lain. Pembangunan Nasional dapat memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan.

DIMENSI MANUSIA SEBAGAI SUBJEK DAN OBJEK PEMBANGUNAN
     Pembangunan adalah proses yang dapat di selisihkan dengan menggabungkan dua dimensi kehidupan.[3] Dimensi pembangunan berjumlah dua sebab tersusun atas manusia dan alam. Pendidikan dan kesehatan merupakan sepasang isu sentral pembangunan.
1.      Manusia sebagai Individu
     Proses pembangunan seharusnya menempatkan manusia sebagai subjek sekaligus objek pembangunan itu.[4] Manusia disebut sebagai subjek pembangunan, karena ia merupakan pelaksana pembangunan itu sendiri. Manusia disebut sebagai objek pembangunan, sebab sasaran hasil pembangunan pada hakikatnya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Karenanya, aspek kesejahteraan yang adil dan merata disetiap wilayah di Indonesia harus diberlakukan dan diupayakan. Dalam pelaksanaan pembangunan, manusia memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini diatur sedemikian rupa shingga kedudukan manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dapat terwujud.
2.      Manusia sebagai Masyarakat dan Bangsa
     Manusia sebagai anggota masyarakat dan bangsa, di samping hak dan kewajibannya, ia dituntut peranannya dalam pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, setiap orang dalam suatu masyarakat dan bangsa dituntuk untuk memiliki visi ke depan di masa mendatang sebagai suatu tantangan yang mereka hadapi, tentunya dengan tindakan aktif juga kreatif. Setiap orang perlu mempelajari potensi yang mereka miliki untuk menyiapkan masa depannya yang lebih baik.
     Sebagai bagian dari suatu bangsa, setiap manusia dituntut membawa misi untuk mampu menjamin kebutuhan di masa depan, yang bersifat secara pasti dan memuaskan, secara adil bagi setiap orang, dan memberi perhatian akan kebutuhan dasar bagi kehidupannya. Jaminan kebutuhan masa ini juga menyangkut bangsanya, artinya generasi kehidupan masa depan bangsa juga harus terjamin dan terpenuhi kebutuhan hidupnya.[5]

SYARAT UNTUK KEMAJUAN SUATU BANGSA
     Perlu diketahui bahwa, kemajuan suatu bangsa tidak hanya diukur dari sudut kekuatan militer atau pertumbuhan ekonomi saja, tidak juga diukur dari munculnya gedung-gedung tinggi dan bangunan mewah, tetapi kemajuan suatu bangsa akan diukur dari tingka kesejahteraan masyarakatnya dalam wujud kualitas diri mereka. Menurut The Program of the United Nations Children’s Fund, tentang kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari:[6]
a.       Tingkat kesehatan, gizi, dan pendidikan
b.      Tingkat untuk memperoleh pendapatan secara adil
c.       Tingkat untuk berperan secara aktif dalam pembuatan keputusan yang berdampak pada kehidupannya
d.      Tingkat pengakuan atas hak sipil dan kebebasan berpolitik
e.       Tingkat kepedulian pada golongan yang lemah
f.       Tingkat perlindungan bagi pertumbuhan anak-anak.
   
     Upaya peningkatan kualitas manusia dalam rangka pembangunan bangsa ini sebenarnya telah disadari oleh bangsa Indonesia. Hal ini tercermin dari sasaran yang ingin dicapai dalam Pembangunan Jangka Panjang, yaitu terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana aman, tenteram dan sejahtera lahir maupun batin, dalam tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara berdasarkan Pancasila dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba berkesinambungan dan selaras dalam hubungan antara sesama manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam maupun lingkungan, manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Upaya terciptanya kualitas manusia tidak hanya dalam bentuk materi saja, tetapi juga spiritual, bukan hanya bagi generasi masa kini tapi juga bagi generasi mendatang.[7] 

TEORI PEMBANGUNAN NASIONAL
     Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang luas. Dimensi sosial yang sering terabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi, justru mendapat tempat srategi dalam proses pembangunan.    Dalam proses pembangunan, selain mempertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga mempertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Lebih dari itu, dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik.[8]
     Begitu kompleksnya pembangunan menyebabkan tidak ada suatu teori pembangunan yang tepat diterapkan kembali bagi semua negara di dunia hingga saat ini. Harus di akui, teori-teori pembangunan yang ada, khususnya di awal perkembangan cabang ilmu ekonimi ini, sangat didominasi oleh hasil pemikiran para ekonomi Barst. Pola pikir dan buah pikiran seorang pakar tentunya tidak akan pernah lepas dari tata nilai dan kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya. Itulah sebabnya kenapa teori-teori pembangunan yang merupakan hasil pemikiran ekonomi Barat, pada banyak kasus ternyata kurang tepat diterapkan begitu saja di negara sedang berkembang. Perbedaan tata nilai, sistem sosial, kondisi lingkungan antara negara maju, yang umumnya di benua Eropa dan Amerika yang umumnya terletak di benua Afrika dan Asia, menyebabkan penerapan teori-teori pembangunan yang ada banyak yang menjumpai “kegagalan”.
     Lepas dari permasalahan tersebut, terdapat banyak teori pembangunan yang telah diformulasikan oleh para ekonomi adalah suatu hal yang sulit untuk mengelompokkan teori-teori tersebut pada suatu aliran tertentu. Dalam pembahasan ini di kenal 2 teori, yaitu teori pertumbuhan linear dan teori perubahan struktural.
1.      Teori Pertumbuhan Linear
Model pertumbuhan linear mendominasikan perkembangan teori pembangunan sejak pertama kali di kemukakan oleh Adam Smith dan mengalami puncak kejayaan dengan lahirnya teori pertumbuhan yang di kemukakan oleh Rostow. Teori-teori pembangunan yang di kemukakan oleh Adam Smith, Karl Marx dan Rostow termasuk dalam model pertumbuhan linear. Dasar dari pemikiran model ini adalah evolusi proses pembangunan yang di alami oleh suatu negara selalu melalui tahapan- tahapan tertentu. Tahapan tersebut merupakan proses urutan seperti halnya aliran air sungai yang artinya pentahapan tersebut mutlak harus di lalui oleh suatu negara yang sedang membangun, di mana tahap-tahap pembangunan tersebut harus di lalui satu persatu secara berurutan menuju tingkat yang semakin tinggi.[9]

a.      Teori Adam Smith
     Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan yaitu di mulai dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, perdagangan dan yang terakhir adalah tahap perindustrian. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Dalam hal ini pembagian memandang pekerja sebagai salah satu input (masukan) bagi proses produksi. Pembagian kerja merupakan pembagian titik sentral pembahasan dalam teori Adam Smith, dalam upaca meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Spesialisasi yang dilakukan oleh tiap-tiap pelaku ekonomi tidak lepas dari factor-faktor pendorong yaitu: peningkatan keterampilan pekerja, penemuan mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika tahap pembangunan ekonomi telah menuju ke ekonomi dan kebetuhan hidup di masyarakat, mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi melakukan semua pekerjaan secara sendiri, namun lebih di tekankan pada spesialisasi untuk menggeluti bidang tertentu.
     Kritik mengenai teori Adam Smith ini adalah pembagian kelompok masyarakat yang secara eksplisit dapat menabung dan tidak dapat menabung hanya di dasarkan pada jenis usaha yang di gelutinya adalah sangat tidak realistis jika para pekerja di asumsikan tidak memiliki kemampuan untuk menabungkan uangnya dari sisa pendapatan yang di belanjakan. Adam Smith mengabaikan peran perbankan sebagai badan penghimpun dari penyalur surplus dana dari masyarakat, dan juga mengabaikan adanya kecenderungan orang untuk menabung meski pendapatannya relative tidak besar.

b.      Teori Pembangunan Karl Marx
     Menurut Karl Marx, evolusi perkembangan masyarakat menjadi tiga yaitu: feodalisme, kapitalisme, sosialisme. Masyarakat feodalisme mencerminkan kondisi di mana perekonomian yang ada masih bersifat tradisional. Perkembangan teknologi yang ada menyebabkan terjadinya pergeseran di sektor ekonomi, di mana msayarakat yang semula agraris-feodal kemudian mulai beralih menjadi masyarakat industri yang kapitalis. Kritik terhadap teori ini merupakan adanya keharusan perubahan dari masyarakat kapitalis menuju sosialis hanya dapat dilakukan dengan jalan revolusi, tertuju pada asumsi adanya nilai yang lebih dalam suatu perekonomian. Max menunjukkan kepada dunia bahwa tahap pembangunan ekonomi tidaklah semulus yang di perkirakan sebelumnya. Untuk mencapai perekonomian sosialis, terlebih dahulu harus melewati tahap depresi ekonomi akibat kapitalisme yang merajalela tanpa kendali.[10] Sepanjang teori pembangunan yang dikemukakannya, Marx selalu mendasarkan argumennya pada asumsi bahwa ,masyarakat pada dasarnya terbagi menjadi 2 golongan, yaitu: masyarakat pemilik tanah dan masyarakat bukan pemilik tanh, masyarakat pemilik modal dan masyarakat bukan pemilik modal. Oleh karena itu, dalam pola berpikirnya, Marx selalu mendasarkan teorinya pada kondisi pertentangan antarkelas dalam masyarakat.[11]
c.       Teori Pembangunan Rustow
Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt Whitman Rostow merupakan garda depan dari linier stage of growth theory. Pada dekade 1950-1960. Teori Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli ekonomi mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dilami oleh negara-negara maju terutama di Eropa. Dengan mengamati proses pembangunan di negara-negara eropa dari mulai abad pertengahan hingga abad modern, maka kemudian Rostow memformulasikan pola pembangunan yang ada menjadi tahap-tahap evolusi dari suatu pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara tersebut. Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap yaitu: (1) Tahap perekonomian tradisional; (2) Tahap prakondisi tinggal landas; (3) Tahap tinggal landas; (4) Tahap menuju kedewasaan; (5) Tahap konsumsi masa tinggi.

2.      Teori Perubahan Struktural
Teori ini masih menitik beratkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang biasanya di alami oleh Negara pada tingkat  sedang berkembang, yang semula lebih bersifat subsisten dan menitik beratkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat di dominasi oleh sektor industry dan jasa. Teori ekonomi pembangunan atau pertumbuhan ekonomi meskipun merupakan perkembangan yang khas dalam ilmu ekonomi, namun karena teori ini mendominasi kebijakan-kebijakan pembangunan di masyarakat Dunia Ketiga, maka ahli ilmu-ilmu sosial lain mau tidak mau harus mempelajari, sekurang-kurangnya secara  sosiologi dan politik, telah mengembangkan teori pembangunan yang disebut teori modernisasi, inti dari teori ini adalah usaha pembangunana perekayasaan struktuk sosial melalui pembentukan institusi-institusi baru dan pembangunan perekayasaan kultural. Teori ini bukan lagi patut dipelajari oleh mereka yamg mengaku ahli antopologi, tapi bahkan justru memerlukan masukan-masukan baru para ahli antopologi dalam dalam proses pengembangannya.[12]

PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF BUDAYA
Sejak Proklamasi Kemerdekaan sampai sekarang banyak usaha dan kegiatan yang telak dilakukan, baik melalui nation and character building dalam dua dasawarsa pertama, maupun melalui pembangunan nasional selama lebih dari dua dasawarsa terakhir ini. Kedua bentuk usaha nasional tersebut,walaupun dilakasanakan dalam dua dua periode besar dan dalam orde yang berbeda. Dalam pembangunan nasional yang berjalan bertahap melalui pelita-pelita sejak tahun 1968, pembangunan dilaksanakan dengan mengutamakan bidang ekonomi, yang pada pelaksanaannya mencakup baik prioritas pemecahan masalah dan tantangan ekonomi maupun prioritas pendekatan ekonomi. Perubahan dan kemajuan di bidang ekonomi sudah tentu berjalan bersama perubahan dan perkembangan di bidang lainnya, termasuk di bidang kebudayaan. Namun, setelah diteliti, dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh perubahan dan kemajuan ekonomi terhadap bidang kebudayaan jauh lebih menonjol dan menentukan kondisi kebudayaan saat ini, dibandingkan dengan kemajuan dan peningkatan kebudayaan, sekalipun merupakan hasil strategi kebudayaan yang sadar pelaksanaannya.[13]

B.     DINAMIKA PEMBANGUNAN NASIONAL DI INDONESIA
     Dalam kurun waktu kurang lebih 70 tahun sejak negara Republik Indonesia merdeka pada tahun 1945 Pembangunan Nasional telah dilaksanakan, baik pada masa Orde Lama selama 21 tahun sampai pada tahun 1966 maupun Orde Baru selama 32 tahun sampai dengan tahun 1998. Hasilnya memang kita lihat ada peningkatan bila dilihat dari segi pembangunan fisik, maupun pembangunan ekonomi dan sosial di kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan.
     Namun, di samping keberhasilan tersebut, secara mengagetkan pada hal-hal mengenai kemajuan pembangunan yang dicapai dari segi politik, pertahanan, keamanan dan pertumbuhan ekonomi, serta persatuan dan kesatuan bangsa, ternyata apa yang telah dihasilkan hanyalah bersifat semu. Pada kenyataannya, tingkat kemiskinan dan ketidakadilan meningkat terus-menerus akibat adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 yang menuntut untuk mengadakan reformasi politik secara demokratis bagi terwujudnya masyarakat yang berkecukupan. Kondisi tersebut rupanya berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat dan menyebabkan keresahan sosial. Hal tersebut dapat mengancam ketahanan nasional dan bisa membawa negara Indonesia pada proses disintegrasi atau terpecah belah.  
     Ketika dalam kondisi krisis ekonomi, terjadi keresahan sosial, dan kehidupan politik menjadi tidak menentu. Adapun kerusakan lingkungan yang melanda berbagai daerah telah berubah menjadi bentuk berbagai macam bencana lingkungan. Serta adanya kecenderungan disintegrasi negara kesatuan yang semuanya ditangani hanya dalam jangka pendek yang berindikasi tidak akan dapat menyelesaikan persoalan.
     Pada era reformasi ini, kesempatan untuk melakukan pengkajian-pengkajian ulang dari berbagai macam perubahan dahulu hingga sekarang maupun perubahan-perubahan secara total dalam proses pembangunan nasional sangatlah diperlukan. Reformasi adalah cara atau tindakan atau upaya perubahan untuk membentuk kembali tatanan kehidupan dengan pendekatan pembangunan yang baru pula, bila proses keterbukaan, demokrasi bagi kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan yang ingin diciptakan.[14] Jangan mengartikan reformasi hanya sebagai pergantian dari warna pembangunan politik saja yang seperti bunglon berubah warna atau ular berganti kulit. Reformasi harus diartikan dengan cara reformasi, evolusi (perubahan secara perlahan-lahan atau bertahap), atau revolusi (perubahan secara total).
    Sudah diketahui, bahwa bangsa Indonesia telah memacu pelaksanaan pembangunan nasional dengan sungguh-sungguh sehingga mampu memenuhi kebutuhan ekonomi yang didukung dengan kemajuan-kemajuan pada bidang lain. Pembangunan pada bidang ekonomi merupakan penggerak utama untuk menghasilkan sumber dan modal pembangunan dan menjadikannya peluang bagi pembangunan bidang-bidang lain seperti politik, sosial budayan dan pertahanan keamanan. Dalam hal ini, terdapat indikasi adanya hubungan timbal balik antara satu bidang dengan bidang yang lain. Keberhasilan pembangunan dibidang-bidang lainnya akan mampu menciptakan suasana yang sehat dan harmonis bagi perkembangan bidang ekonomi sehingga secara bertahap dan pasti dapat mengurangi kondisi seperti kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan. Keberhasilan pembangunan nasional akan mampu menempatkan bangsa Indonesia hidup sejahtera dengan bangsa lain dan memiliki martabat, sebagai bangsa yang mandiri dan terhormat dalam pandangan pergaulan antarbangsa di dunia.
     Kita menyadari, bahwa pembangunan nasional yang telah berjalan dan dilalui oleh bangsa Indonesia ini tidak semuanya berlangsung dengan baik, tidak semuanya berjalan sesuai keinginan kita, tidak semuanya sukses sesuai rencana, tentunya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang masih harus disempurnakan. Untuk itulah, kita sebagai generasi penerus bangsa, sudah semestinya berkewajiban ikut bertanggung jawab dalam terwujudnya cita-cita kita bersama, yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

1.      Landasan, Modal Dasar, dan Faktor-faktor Dominan Pembangunan Nasional
Ø  Landasan Pembangunan Nasional
Pelaksanaan pembangunan nasional yang telah berjalan memiliki landasan, yaitu:
1.      Pancasila sebagai landasan Ideal
2.      UUD 1945 Sebagai landasan Konstitusional
3.      GBHN sebagai landasan politik Operasional
Landasan tersebut diatas dirasa cukup tepat dalam memberika arah, gerak, dan tujuan yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia.

Ø  Modal Dasar Pembangunan Nasional
Modal dasar pembangunan merupakan keseluruhan sumber kekuatan nasional, yang dimiliki untuk mewujudkan terciptanya proses pembangunan nasional. Modal dasar pembangunan antara lain mencakup hal-hal berikut:
1.      Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia sebagai hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia;
2.      Jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa;
3.      Wilayah nusantara yang terletak pada wilayah strategis dibawah garis khatulistiwa;
4.      Kekayaan alam yang beraneka ragam dan melimpah, baik terdapat di darat, laut, udara;
5.      Jumlah penduduk yang besar sebagai sumber daya manusia potensial;
6.      Mental dan rohani yang cukup baik;
7.      Budaya bangsa Indonesia yang cukup dinamis;
8.      Potensi dan kekuatan efektif bangsa (parpol, ormas, LSM);
9.      TNI dan POLRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan.

Ø  Faktor – Faktor Dominan Pembangunan Nasional
Faktor-faktor dominan adalah segala sesuatu yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembangunan sebagai upaya untuk memperlancar pembangunan itu sendiri. Faktor-faktor dominan pembangunan nasional mencakup hal-hal berikut:
1.      Kependudukan dan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam;
2.      Wilayah Indonesia yang bercirikan kepulauan dan kedaulatan nasional dengan lingkungan alam kepulauan;
3.      Sumber daya alam yang melimpah dan juga potensi sumber daya alam yang berbeda di setiap daerah, termasuk flora dan fauna;
4.      Kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;
5.      Disiplin nasional sebagai perwujudan kepatuhan dan ketaatan kepada hukum dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

2.      Hasil-hasil Pembangunan dan Perspektifnya ke Masa Depan
a.       Hasil-hasil Pembangunan Nasional
1.      Sebelum Orde Baru, yaitu antara tahun 60-an sampai tahun 65 terjadi pembangunan walaupun tersendat-sendat. Kondisi politik dalam negeri yang labil telah menyebabkan tidak cukupnya perhatian yang diberikan pada upaya pembangunan untuk kesejahteraan rakyat.
2.      Pada tahun 1965 perekonomian di Indonesia berada pada titik yang palin suram. Saat itu persediaan beras sangat menipis dan pemerintah juga tidak punya kemampuan mengimpor beras dan memenuhi kebutuhan pokok lainnya.
3.      Pada Oktober 1966 pemerintah orde baru melakukan penataan kembali kehidupan bangsa di segala bidang, meletakkan dasar-dasar untuk kehidupan nasional yang konstitusional, demokratis dan berdasarkan hukum.
4.      Pembangunan sistematis mulai dilaksanakan melalui serangkaian pembangunan lima tahunan dan berjangka dua puluh lima tahun berdasarkan arahan GBHN.
5.      Melalui serangkaian pembangunan yang sistematis dan berencana, bertahap dan konsisten, berbagai sasaran pembangunan telah dicapai tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga disemua bidang pembangunan lain seperti bidang kesejahteraan rakyat dan pendidikan, agama, iptek, politik, hukum, maupun hankam.
a.       Bidang Ekonomi
Bidang ekonomi telah menjadi prioritas utama dalam menunjang pembangunan di bidang lain. Untuk mendukung pembangunan ekonomi dibangun sarana jalan raya, listrik masuk ke pelosok desa, mulai tersedianya air bersih, hingga dibangunnya sarana perumahan rakyat. Adapun bidang industri telah berhasil menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi seperti pada sektor minyak dan gas.
b.      Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pendidikan
Pada bidang kesejahteraan rakyat dapat dilihat pada keberhasilan Indonesia dengan tercapainya swasembada beras  tahun 1984 hingga diakui oleh FAO tahun 1985. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia mampu menyediakan pangan dan memperkuat ketahanan nasional. Dalam bidang pendidikan, saat ini wajib belajar telah diberlakukan 12 tahun sejak Juni 2015. Hasil pendidikan ini akan dapat membangun kualitas kehidupan pendidikan bagi generasi berikutnya.  
c.       Bidang Agama
Memang walaupun terkadang dapat timbul ketegangan antar umat beragama, namun dapat dikatakan bahwa selama ini telah berhasil diciptakan suasana kehidupan antar agama yang rukun sehingga masing-masing umat beragama dapat menjalankan ibadahnya dengan nyama, tenteram dan tentunya dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
d.      Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dalam bidang ini, kita dapat melihat keberhasilan dalam meningkatnya kemampuan pembangunan manufraktur, mulai dari industri dari teknologi sederhana hingga dari industri canggih seperti pesawat terbang.
e.       Bidang Hukum
Perbaikan aparatur hukum masih terus menerus dilakukan bangsa kita, meskipun hal tersebut belum mencapai hasil yang optimal seperti memenuhi tuntutan keadilan dalam masyarakat.
f.       Bidang Politik, Penerangan, Komunikasi, dan Media Massa
Pada bidang ini bisa dilihat dari meningkatnya kemampuan penerangan, komunikasi, dan media massa. Hal ini berdampak pada meningkatnya kecerdasan dan kesejahteraan bangsa. Dalam bidang politik seperti politik luar negeri, Indonesia telah memainkan peran yang penting dalam upaya menciptakan perdamaian dunia. Misalnya ikut serta berperan di PBB, ASEAN, APEC, Non Blok.

b.      Tantangan Pembangunan
Beberapa tantangan pembangunan yang dihadapi bangsa Indonesia
1.      Tantangan yang pertama ialah pada bidang ekonomi yang masih berhubungan dengan globalisasi. Tahun 2003 dulu telah telah diberlakukan kawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA). Pada tahun 2020, kawasan bebas perdagangan Asia Pasifik juga akan berlaku.
2.      Ekonomi Indonesia mungkin akan terintegrasi dengan ekonomi ASEAN dan Asia Pasifik dalam jangka panjang.
3.      Tantangan yang kedua adalah pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja. Kedua masalah ini tampaknya akan tetap dihadapi dalam pembangunan-pembangunan yang akan datang.
4.      Produktivitas tenaga kerja sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Untuk saat ini, kualitas sumber daya manusia yang kita miliki masih berada dibawah negara-negara tetangga yang lebih maju. Hal ini merupakan tantangan untuk menciptakan manusia yang produktiv.
5.      Tantangan ketiga ialah kemiskinan. Kenyataan ini masih menunjukkan bahwa masalah kemiskinan merupakan tantangan yang harus dipecahkan.

c.       Agenda Pembangunan
1.      Tantangan globalisasi adalah tantangan utama dalam proses pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu terus diupayakan keseimbangan strategi ekonomi Indonesia dengan keadaan yang sedang berkembang saat ini.
2.      Bangsa yang kuat harus dapat memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya. Pembangunan daerah yang merata merupakan kebutuhan penunjang pembangunan yang berlandaskan asas kemandirian.
3.      Dunia usaha mungkin akan mulai bertarung di pasar bebas. Walaupun kita menyadari bahwa dunia usaha di Indonesia sudah mulai maju, namun secara struktur usaha nasional masih belum kokoh. Hal ini berkaitan dengan lapisan ekonomi berskala kecil (ekonomi rakyat) yang jumlahnya banyak tapi aset produktifnya terbatas. Selama ini saja, lapisan usaha skala kecil sudah jauh tertinggal. Apalagi kalau harus dihadapkan dengan persaingan kekuatan ekonomi luar.
4.      Sehubungan dengan itu, hendaknya kekuatan sumber daya yang dimilik negara ditujukan kearah membangun yang merata dan berkeadilan. Kebijakan-kebijakan ekonomi hendaknya berupaya agar ekonomi usaha skala kecil dapat secepatnya bangkit dan menjadi kokoh.

C.    TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL DI INDONESIA
     Tujuan pembangunan ini terdiri dari dua kelompok yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan msyarakat yang semakin adil dan merata serta meletakan landasan kuat untuk tahap pembangunan berikutnya. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah NKRI yang merdeka, berdaulat, damai, tenteram. Pembangunan hendaknya dilandaskan pada suatu perencanaan yang menyeluruh yang artinya, pembangunan hendaknya dilaksanakan dengan sengaja dan ditentukan secara jelas tujuan, arah, pelaksanaan dan sasarannya.
     Tujuan Pembangunan Nasional ini tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu  “ Untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, keadilan social”, serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagai mana tercantum dalam alenia II Pembukaan UUD 1945. Pada dasarnya tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera.
D.    ASAS PEMBANGUNAN NASIONAL DI INDONESIA
     Asas Pembangunan Nasional adalah prinsip pokok yang harus diterapkan dan dipegang teguh dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional.
1.      Asas Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2.      Asas Manfaat
Kegiatan  pembangunan itu memberikan manfaat dan keuntungan bagi peningkatan kesejahteraan.
3.      Asas Demokrasi Pancasila
Kegiatan pembangunan nasional dilakukan berdasarkan prinsip kekeluargaan.
4.      Asas Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
Dalam pembangunan nasional, diperlukan adanya keseimbangan, keserasian dan keselarasan antardunia dan akhirat, materi dan spiritua, dll.
5.      Asas Hukum
Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, masyarakat harus taat serta patuh pada hukum yang ada dan berlaku saat itu.
6.      Asas Kemandirian
Pembangunan nasional yang berlandaskan kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
7.      Asas Kejuangan
Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, masyarakat harus memiliki mental kuat, tekat, dan jiwa yang semangat.
8.      Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pembangunan nasional dapat memberikan kesejahteraan rakyat secara lahir batin yang setinggi-tingginya.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pembangunan Nasional adalah serangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan, dan meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa serta negara dengan maksud untuk mewujudkan tujuan nasional yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa serta seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut dalam melaksankan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan nasional yang dilalui bangsa Indonesia tidak semuanya berlangsung dengan baik, sukses sesuai rencana, tetapi masih terdapat kekurangan-kekurangan yang masih harus disempurnakan. Untuk itulah, kita sebagai generasi penerus bangsa, sudah semestinya berkewajiban ikut bertanggung jawab dalam terwujudnya cita-cita kita bersama, yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Asas Pembangunan Nasional meliputi Asas Keimanan dan Ketuhanan pada Tuhan YME, Asas Manfat, Asas Demokrasi Pancasila, Asas Keseimbangan, Asas Hukum, Asas Kemandirian, Asas Kejuangan, dan Asas IPTEK.

B.     SARAN
Walaupun penulis menginginkan kerapihan dan kesempurnaan dalam menyusun makalah ini, namun pada kenyataannya masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki oleh kami sebagai penulis. Maka dari itu, penulis sangat berharap agar para pembaca dapat memberi kritikan dan saran pada penulis agar dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pada makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2009. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Bandung: Imtima.
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, Dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN d/h AMP YKPM.
Marzali, Amri. 2005. Antropologi & Pembangunan Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nasution, A.H DR. 1995. Pembangunan Moral Inti Pembangunan Nasional. Surabaya: Bina Ilmu.
Sagir, Soeharsono. 2009. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Siregar, Amir Effendi, Ed. 1991. Arus Pemikiran Ekonomi Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Soerjanto Poespowardojo. 1993. Jurnal Ilmu Politik 13: Pembangunan Nasional Dalam Perspektif Budaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. 2009. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tilaar, H.A.R. 1990. Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI. Jakarta: Balai Pustaka.



[1] Amir Effendi Siregar, Arus Pemikiran Ekonomi Politik, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), 108.
[2] Alam S,Ekonomi kelompok peminatan ilmu pengetahuan sosial,(Jakarta:Esis,Erlangga,2016),hal 59.
[3]H. Soehaersono Sagir,kapita selekta ekonomi Indonesia,(Jakarta:kencana prenada media group,2009),hal 53.
[4] Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 23.
[5] Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 25.
[6] Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 19.

[7] Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 20.
[8]Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, Dan Kebijakan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN d/h AMP YKPM, 2006), 45.

[9] Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, Dan Kebijakan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN d/h AMP YKPM, 2006), 46.

[10] Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, Dan Kebijakan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN d/h AMP YKPM, 2006), 52.
[11] Ibid, 49.
[12] Amri Marzali, Antropologi dan permbangunan Indonesia,(Jakarta:kencana,2005),hal 45.
[13] Soerjanto Poespowardojo, Jurnal Ilmu Politik 13: Pembangunan Nasional Dalam Perspektif Budaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), 4.

[14] Aca Sugandhy, Rustan Hakim, Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), vi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bimbingan Karir Peserta Didik SD/MI

BAB II PEMBAHASAN A.   Konsep Dasar Bimbingan Karier Peserta Didik di MI/SD        Kari e r sering dimaknai identik dengan kenaika...